Selasa, 16 Oktober 2012

ONH Biasa vs ONH Plus


Menyediakan Paket Wisata Tour, Liburan & Bisnis Murah Ke Mana Saja Di Seluruh Penjuru Dunia, Berdua Bisa Berangkat !
Tour * Wisata * Study * Liburan * Bisnis

Telp (0761)-7776881 * (0761)-7776882 * Hp 
0823-894-568-74



Cheria Tour Travel Hadir Ditengah masyarakat memberikan solusi untuk anda yang suka bertravelling kami menyajikan paket wisata muslim ke mancanegara, kami juga mempunyai paket Haji ONH PLUS dan Umrah sesuai dengan Budget anda semua. Paket murah sesuaikan keinginan anda, jadwal, biaya dan negara tambahan yang bisa kami tambahkan sesuai keinginan anda atau grup.

Pilih paket, atau anda mau membuat Program untuk Grup anda sendiriCheria tour travel tempatnya, Segera Hubungi kami.

Paket tour wisata muslim lainnya sudah tersedia

Ijin Ibadah Haji Khusus Depag RI No. D/355
Ijin Umroh Depag RI No. D/366

ONH Biasa vs ONH Plus

h-11

ONH Biasa vs ONH Plus


Terdapat jenis-jenis paket yang bisa dijadikan pilihan bagi calon jamah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci, antara lain, paket ONH Biasa, ONH Plus, dan ada pula ONH Semi Plus. Para jamaah haji yang ingin berangkat berhaji perlu memahami keunggulan dan kekurangan masing-masing paket yang ditawarkan agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan jamaah selama beribadah di Tanah Suci. ”Tiap-tiap jenis ONH biasanya memiliki perbedaan pada bidang pelayanannya,” ujar Ustadz Matyoto Fahruri, pembimbing haji pada pengajian Manasik Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), Kabupaten Boyolali.Dalam menentukan pelayanan yang diinginkan untuk berangkat berhaji terdapat banyak pilihan yang dapat dipilih oleh para calon jamah haji. Dari mulai segi waktu keberangkatan ada yang berada di Tanah Suci selama enam hari ada pula yang mencapai satu bulan. Dari segi fasilitas ada yang mempersipakan sendiri makanan dan hotel yang diperlukan tapi ada pula yang segala keperluan untuk berhaji telah diurus oleh biro perjalanan haji yang bersangkutan.
Menurutnya, pada ONH yang standar fasilitas dan pelayanan yang diberikan juga biasa saja. ”Letak hotel mungkin lebih jauh dibandingkan dengan yang ONH Plus. Makanan juga kita biasanya harus mencarinya sendiri,” ujarnya.
Sedangkan, pada ONH yang Plus, kata Fahruri, pelayanan dan akomodasi yang diberikan lebih nyaman dan mempermudah jamaah dalam beribadah. Letak hotel lebih dekat ke tempat ibadah. Misalnya, hotel berada di pinggir Masjidil Haram sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk menuju ke sana. Urusan makanan pun biasanya jamaah tidak perlu lagi direpotkan dengan hal tersebut karena segala sesuatunya telah diurus oleh biro haji.
Fahruri menegaskan bahwa tidak ada perbedaan dalam menjalankan ibadah haji pada kedua jenis ONH tersebut. ”Jarak dari penginapan dan fasilitas saja yang berbeda tapi jenis ONH tidak mempengaruhi kemabruran haji seseoirang. Bisa saja ONH yang dipilih biasa (reguler),  tapi ibadahnya lebih maksimal dibandingkan dengan yang plus,” jelasnya.
Ustadz Bobby Herwibowo Lc, anggota Dewan Pengawas Syariah Baznas Dompet Dhuafa Republika mengatakan, pada pilihan-pilihan ONH yang ada, hanya fasilitas dari masing-masing ONH yang membedakannya. ”Belum tentu pada orang yang berhaji dengan ONH Plus lebih mudah untuk mendapatkan kemabruran. Justru terkadang ONH Plus ini kerap dijadikan ajang untuk pamer. Hal inilah yang menghalangi tercapainya kemabruran,” ujarnya.
Pada pengguna ONH yang biasa, lanjut Bobby, jamaah yang berangkat haji tetap akan mendapatkan tausiyah dan mendapatkan bimbingan dari kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH). Dengan jumlah hari yang lebih lama pada jamaah dengan ONH yang biasa, maka para jamaah sebenarnya dapat lebih memaksimalkan ibadahnya dibandingkan dengan jamaah yang menggunakan ONH Plus yang hanya berada di Tanah Suci selama lebih kurang enam hari.
Lantas manakah yang sebaiknya dijadikan pilihan bagi para jamaah yang akan berangkat haji? Menurut Fahruri dan Bobby, hal tersebut dikembalikan lagi kepada pertimbangan dan kemampuan tiap jamaah yang ingin berangkat ke Tanah Suci. Tapi, yang terpenting adalah melakukan persiapan fisik, mental, ilmu haji dan finansial yang memadai untuk dapat menunaikan beribadah haji dengan maksimal. 
Kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel ONH Biasa vs ONH Plus ini pada akun jejaring sosial anda, dengan URL : http://www.buminabi.blogspot.com/2012/10/onh-biasa-vs-onh-plus.html

Label: ,

Menapaki Jejak di Hubaidiyah


Menyediakan Paket Wisata Tour, Liburan & Bisnis Murah Ke Mana Saja Di Seluruh Penjuru Dunia, Berdua Bisa Berangkat !
Tour * Wisata * Study * Liburan * Bisnis

Telp (0761)-7776881 * (0761)-7776882 * Hp 
0823-894-568-74



Cheria Tour Travel Hadir Ditengah masyarakat memberikan solusi untuk anda yang suka bertravelling kami menyajikan paket wisata muslim ke mancanegara, kami juga mempunyai paket Haji ONH PLUS dan Umrah sesuai dengan Budget anda semua. Paket murah sesuaikan keinginan anda, jadwal, biaya dan negara tambahan yang bisa kami tambahkan sesuai keinginan anda atau grup.

Pilih paket, atau anda mau membuat Program untuk Grup anda sendiriCheria tour travel tempatnya, Segera Hubungi kami.

Paket tour wisata muslim lainnya sudah tersedia

Ijin Ibadah Haji Khusus Depag RI No. D/355
Ijin Umroh Depag RI No. D/366

Menapaki Jejak di Hubaidiyah


Menapaki Jejak di Hubaidiyah

‘’Belum. Di mana tempatnya?’’ Saya balik bertanya.’Sudah mencoba minum susu unta?’’ tanya Adam, seorang mukimin kepada saya dan kawan-kawan."Tempatnya di Hudaibiyah, di sana ada peternakan unta,’’ kata Adam yang juga petugas haji Indonesia.

Kamis (4/10) siang, saya dan rombongan petugas Media Center Haji daerah kerja Makkah berangkat menuju Hudaibiyah.  Daerah ini berada di luar Tanah Suci, Makkah. Jarak antara Hudaibiyah dan Makkah al-Mukaramah sekitar 22 kilometer.
Sepanjang jalan menuju wilayah barat Makkah itu terhampar padang pasir.  Di sejumlah titik terdapat pertenakan unta. Di sinilah saya baru pertama kali melihat unta, selama dua pekan berada di Tanah Suci.
Unta-unta itu dipelihara oleh gembala yang di sekitarnya membuat gubug seadanya. Peternakan unta itu terletak di jalur sebelah kiri jalan menuju Hudaibiyah. Kami tak langsung menepi di peternakan itu, karena waktu Dzuhur sudah tiba.
‘’Kita cari dulu masjid untuk shalat,’’ kata Zaini Haji Abdullah, sopir yang mengantar kami.  Tibalah kami di sebuah masjid yang lumayan besar. Seorang pria Arab melambai-lambaikan tangan mengajak kami berhenti untuk shalat terlebih dulu.
Saya pun mengambil wudhu. Berbeda dengan di kota Makkah, air di tempat itu terasa asin. Begitu masuk, imam masjid Hudaibiyah menyapa saya, ‘’Indonesia?’’ Ia pun menyambut hangat kedatangan kami. ‘’Mabrur… mabrur…’’ ujarnya.
Seusai shalat, saya bertanya kepada Zaini, ‘’Di mana tempat Rasulullah SAW melakukan perjanjian Hubaibiyah?’’  Pria berdarah Lombok kelahiran Makkah itu menyebut masjid itu  sebagai saksi Perjanjian Hudaibiyah.
Subhanallah, saya tak menyangka bisa shalat dan singgah di tempat bersejarah ini. Tempat yang pernah saya tulis dalam rubrik ‘’Situs” Islam Digest itu akhirnya bisa saya tapaki.  Di tempat inilah, pada tahun keenam Hijiriyah, Rasulullah SAW beserta umat Islam pernah mengalami sebuah peristiwa penting.
‘’Di tempat itulah terjadi sebuah peristiwa penting bernama Baiatul ar-Ridhwan,’’ tutur Dr Syauqi Abu Khalil dalam bukunya bertajuk Athlas al-Hadith al-Nabawi, Hudaibiyah. Menurut kitab Nasbu Harb, Hudaibiyah adalah nama sebuah sumur.
Dalam kitab Zaadul Ma’ad disebutkan, sisi-sisi Hudaibiyah sebagian kecil termasuk perbatasan Tanah Haram Makkah. Di tempat itulah terjadi sebuah peristiwa penting yang dicatat sejarah peradaban Islam, yakni Perang Hudaibiyah dan Perjanjian Hudaibiyah.
Peristiwa bersejarah di Hudaibiyah terjadi pada bulan Zulqadah di tahun keenam Hijriah. Saat itu, Rasulullah bersama umat Islam yang tinggal di Madinah hendak menunaikan umrah ke Makkah.
Upaya Rasulullah dan umatnya untuk umrah di Makkah berusaha dijegal kaum Quraisy.  Sesungguhnya. Nabi SAW sudah mengetahui bahwa kaum Kafir Quraisy akan mengganggu perjalanan ibadah umat Muslim yang telah enam tahun tak mengunjungi Ka’bah.
Rasulullah SAW pun menyeru semua penduduk desa untuk ikut berumrah ke Makkah. Namun, seruan itu ditolak oleh penduduk desa. Dalam Tafsir ath-Thabari karya Imam ath-Thabari, penduduk desa yang menolak seruan Rasulullah SAW untuk berumrah ke Makkah itu berasal dari suku badui Madinah, yakni Juhainah dan Muzainah.
Alquran mengabadikan penolakan suku Badui itu dalam surah al-Fath (48) ayat 11.  Akhirnya, kaum Muhajirin dan Anshar saja yang berangkat umrah ke Ka’bah di Makkah. Dalam Fathul Bari disebutkan, jumlah kaum Muslim yang umrah bersama Rasulullah SAW itu mencapai 1.400 orang.
Kaum Muslim lalu menunaikan shalat di Dzul Hulaifah dan berihram umrah dari tempat itu. Setelah mencapai Rauha berjarak 73 kilometer dari Madinah, Rasulullah SAW mengirimkan mata-mata ke Makkah bernama Bisr bin Sufyan al-Kabi ke Makkah.
Menurut laporan dari sang mata-mata, kafir Quraisy siap berperang dan menolak kehadiran kaum Muslim memasuki Makkah. Rasulullah SAW dan  para sahabat  bertekad untuk tetap melanjutkan perjalanan umrah ke Makkah.
Kaum Muslim sempat shalat Khauf di Usfan. Ketika itu pasukan kuda kaum musyrik yang dipimpin Khalid bin Walid merangsek mendekati kaum Muslim. Kaum Muslim berupaya menghindari bentrokan.
Rombongan Nabi SAW akhirnya tiba di Hudaibiyah. Tekad bulat kaum Muslim yang siap mati membela agama Allah SWT membuat kaum Quraisy gentar. Mereka pun memilih berdamai dengan sebuah perjanjian yang di kenal dengan Perjanjian Hudaibiyah.
Setelah menelusuri masjid bersejarah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju peternakan unta. Sayang, siang itu susu unta yang kami cari tak ada.
‘’Wah, nggak jadi nih minum susu untanya,’’ cetus Riko Noviantoro, wartawan Indopos.
Meski belum sempat mencoba minum susu unta, tapi rasanya ada kepuasan tersendiri bisa menapaki jejak tempat bersejarah di Hudaibiyah.
            kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel Menapaki Jejak Di Hubaidiyah, ini pada akun jejaring sosial (facebook, twitter Anda lainnya. dengan URL : http://www.buminabi.blogspot.com/menapaki-jejak-di-hubaidiyah.htm                                                                          

Label: ,

Shalat di Masjid Jin


Menyediakan Paket Wisata Tour, Liburan & Bisnis Murah Ke Mana Saja Di Seluruh Penjuru Dunia, Berdua Bisa Berangkat !
Tour * Wisata * Study * Liburan * Bisnis

Telp (0761)-7776881 * (0761)-7776882 * Hp 
0823-894-568-74



Cheria Tour Travel Hadir Ditengah masyarakat memberikan solusi untuk anda yang suka bertravelling kami menyajikan paket wisata muslim ke mancanegara, kami juga mempunyai paket Haji ONH PLUS dan Umrah sesuai dengan Budget anda semua. Paket murah sesuaikan keinginan anda, jadwal, biaya dan negara tambahan yang bisa kami tambahkan sesuai keinginan anda atau grup.

Pilih paket, atau anda mau membuat Program untuk Grup anda sendiriCheria tour travel tempatnya, Segera Hubungi kami.

Paket tour wisata muslim lainnya sudah tersedia

Ijin Ibadah Haji Khusus Depag RI No. D/355
Ijin Umroh Depag RI No. D/366

Shalat di Masjid Jin

Shalat di Masjid Jin


Masjid Jin terletak di Jalan Sulaimaniyah, Makkah. Bangunannya seperti masjid biasa pada umumnya. Dari sisi arsitektur pun tak ada yang spesial. Masjid ini, diapit oleh gedung-gedung besar. Posisinya tepat di pinggir jalan raya.’Ternyata sama saja seperti masjid lainnya, tempat shalat,’’ itulah komentar Mappaewa, jamaah calon haji dari Kloter 1 Makassar, seusai mengunjungi Masjid Jin.  Masjid ini memang  tak sehebat  kisahnya.
‘’Hari ini, kami bersebelas memutuskan untuk tak shalat di Masjidil Haram, tapi di Masjid Jin ini,’’ kata Mappaewa. Ia sangat penasaran untuk mengunjungi masjid itu karena membaca kisahnya lewat buku sejarah.
‘’Saya pernah mendengar masjid ini pernah akan dibongkar dan ditolak para jin,’’ tutur Mappaewa.  Ia mengaku tak melihat ada sesuatu yang aneh di Masjid Jin. ‘’Saya juga pernah shalat Subuh di sini.’’
Masjid ini letaknya dekat dengan pemondokan jamaah haji Indonesia, sektor 4.  ‘’Kami ke sini jalan kaki, jaraknya hanya 400 meter dari pemondokan.’’ Tak hanya jamaah calon haji Indonesia yang shalat dan berkunjung ke Masjid Jin.
Siang itu, jamaah haji dari Bangladesh, India, serta Pakistan juga berbondong-bondong shalat di Masjid Jin. Masjid yang bermenara satu ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama untuk tempat shalat jamaah pria.
Jamaah wanita disediakan tempat shalat di lantai dua yang luasnya hanya sepertiga lantai pertama. Masjid Jin hanya mampu menampung sekitar 150 jamaah.  Masjid Jin terletak di Kampung Jin.  ‘’Di kampung ini banyak tinggal orang-orang yang berasal dari Indonesia,’’ ungkap Zaini, seorang mukimin.
Sehabis shalat Dzuhur,  seorang pria bangkit sambil menggendong anaknya yang menderita polio. Pria itu  berpidato yang isinya meminta bantuan untuk membiayai anaknya.  Ia lalu  berdiri di depan pintu keluar dan jamaah pun memberinya lembaran riyal sebagai sedekah.
Lantas apa yang spesial dari Masjid Jin?  Tentu saja sejarahnya. Masjid Jin merupakan salah satu tempat bersejarah di Tanah Suci, Makkah.  Jin seperti halnya manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT untuk beribadah.
‘’Tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat [51]: 56).  Sama seperti manusia, jin pun terbagi dua; Muslim dan kafir.  Alquran menerangkan tentang adanya jin yang menyatakan keislamannya.
“Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin mendengarkan Alquran. Lalu, mereka berkata, `Sesungguhnya, kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Karena itu, kami memercayainya dan kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT dengan siapa pun juga.” (QS  Jin [72] ayat 1-2).
Menurut catatan sejarah, suatu hari Rasul SAW bersama para sahabat sedang melaksanakan shalat Subuh. Ketika itu, Rasul SAW membaca surah Ar-Rahman [55] ayat 1-78. Dalam surah Ar-Rahman ini terdapat beberapa ayat yang berbunyi, “Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Saat ayat itu dibacakan,  para jin yang hadir saat itu langsung menjawab, ’’Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami tidak mendustakan nikmat-Mu sedikit pun. Segala puji hanya bagi-Mu yang telah memberikan nikmat lahir dan batin kepada kami.”
Ibnu Mas’ud mengaku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘’Aku didatangi juru dakwah dari kalangan jin. Lalu, kami pergi bersamanya, dan aku bacakan Alquran kepada mereka.”
Masjid  Jin merupakan saksi keimanan para jin tehadap kerasulan Nabi Muhammad SAW. Alkisah, para Jin berencana menuju Tihamah. Mereka lalu mendengar lantunan ayat suci Alquran. Para jin itu takjub saat mendengarkan lantunan Alquran.
Saat itulah, para jin kemudian berdialog dengan Rasulullah SAW. Mereka kemudian menyatakan keimanannya. Mereka kemudian menyampaikan hal itu kepada kaum jin.  Para jin lalu berbaiat dengan Rasul SAW. Peristiwa itu  diabadikan dalam Alquran surah Al-Ahqaf [46]: 29-32.
Subhanallah, meski secara arsitektur tak ada yang istimewa dari Masjid Jin ini, ternyata nilai sejarahnya begitu luar biasa.
Satu lagi, tempat bersejarah yang dulu diajarkan di bangku sekolah akhirnya bisa saya kunjungi di Tanah Suci ini. Alhamdulillah...
Kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel Shalat Di Masjid Jin ini pada akun jejaring sosial anda, dengan URL : http://www.buminabi.blogspot.com/2012/10/shalat-di-mesjid-jin.html                                                                                                                                

Label: ,